
Rumah Baca Rusia di Perbatasan Malaysia
Sekelompok anak terlihat antusias membaca buku di salah satu rumah di Sebatik Tengah, Kalimantan Utara yang berbatasan langsung dengan Malaysia.
Di antara mereka ada yang saling bertukar buku satu sama lain, sekadar ingin tahu apa yang sedang dibaca oleh temannya.
Di sudut ruangan, ada pula dua orang anak yang menggambar sambil tertawa.
Para bocah di daerah perbatasan Indonesia-Malaysia itu asyik membaca di Rumah Baca Teras Perbatasan yang diinisiasi oleh Rusia, guru Bahasa Inggris di SMA Negeri 1 Sebatik Tengah, Kalimantan Utara.
Perempuan berusia 43 tahun ini membuka rumah baca di rumahnya untuk memberikan edukasi kepada anak-anak pekerja migran Indonesia di Malaysia.
Dibangun sejak 2018, Rusia berkeinginan agar anak-anak di wilayah tersebut bisa mendapatkan pendidikan di tengah keterbatasan.
“Alhamdulillah sampai saat ini kegiatan Rumah Baca masih berjalan,” ujarnya saat dihubungi Tempo pada Kamis, 20 Oktober 2022.
Dilansir dari laman Pusat Prestasi Nasional, Rusia juga berkeinginan untuk membantu anak-anak agar tak putus sekolah dan menggapai cita-cita.
“Keadaan sekolah yang berada di daerah 3T (terluar, terdepan, dan tertinggal) membuat saya ingin membantu mereka untuk menggapai cita-cita,” ujarnya.
Banyak Anak Putus SekolahSaat awal mengajar, Rusia mengatakan banyak peserta didik yang putus sekolah karena lebih memilih untuk bekerja.
“Hasil kebun di sini kan banyak yang dijual ke Malaysia.
Mereka lebih memilih untuk bekerja dapat uang dan tidak sekolah,” ungkap Rusia.
Dari situ, Rusia terdorong untuk membuat wadah kegiatan edukasi di luar sekolah.
Pada suatu saat, ia berdiskusi dengan peserta didiknya yang sudah menjadi mahasiswa.
Dari diskusi itu, Rusia bersama alumni SMA Negeri 1 Sebatik Tengah membentuk tim dan membuat Rumah Baca Teras Perbatasan yang bertempat di rumahnya.
“Nah, kebetulan dekat rumah itu ada anak-anak suka baca.
Akhirnya setelah foto-foto mereka tersebar, barulah banyak sumbangan-sumbangan buku dari donatur.
Akhirnya bukunya tambah hari tambah banyak,” ujar Rusia.
Rusia tidak hanya mengajak peserta didiknya atau anak-anak sekitar untuk membaca, tetapi juga memberikan kelas seperti Bahasa Inggris, Matematika, dan kelas lainnya yang dibutuhkan oleh anak-anak sekitar secara gratis.
Kelas ini dilakukan untuk dapat menarik perhatian mereka agar dapat meningkatkan minat baca dan berdiskusi.
Ia ingin menyelipkan cerita yang dapat meningkatkan rasa nasionalisme, meningkatkan rasa keinginan untuk meraih pendidikan yang lebih baik, dan hal-hal positif lainnya.
Lapak Buku di Hari Minggu Rusia juga membuat lapak buku yang digelar di keramaian pada setiap hari libur.
Kegiatan tersebut ramai didatangi oleh anak-anak.
Ia dan timnya yang lain mengajar anak-anak tersebut untuk bermain, bercerita, dan memberikan hadiah untuk menarik minat baca.
Selain itu, ia pun turut menyelenggarakan kegiatan kemanusiaan melalui Rumah Baca ini.
Beberapa kegiatan kemanusiaan yang dilakukan adalah pencarian dana untuk korban bencana dan mengumpulkan donasi untuk masyarakat kurang mampu.
Seiring berjalannya waktu, jadwal kegiatan Rumah Baca tersebut semakin padat sehingga rumah Rusia yang kecil tidak lagi memadai.
Oleh karena itu, Rumah Baca ini dipindah ke salah satu tempat di Desa Aji Kuning, Sebatik Tengah.
Sebelum pandemi Covid-19, kegiatan Rumah Baca ini secara rutin dilakukan setiap hari Jumat.
Kegiatan diikuti kurang lebih 5 sampai dengan 20 anak-anak.
Anak-anak daerah setempat sangat antusias mengikuti.
Namun, datangnya pandemi Covid-19 di awal tahun 2020 membuat kegiatan tatap muka yang dilakukan harus dihentikan.
Ketika peraturan membolehkan pertemuan tatap muka, kendala masih saja dialami dari sisi waktu.
Anak-anak daerah setempat harus bersekolah dari pukul 7.15 pagi hingga pukul 5 sore sehingga dari mereka tidak punya waktu yang cukup untuk mengunjungi Rumah Baca Teras Perbatasan.
Bak semangat yang tak pernah padam, ia juga aktif untuk membina peserta didiknya yang berkeinginan untuk mengikuti lomba di bidang debat dan pidato Bahasa Inggris di tingkat Provinsi.
Dalam perjalanannya, Rusia mengalami sejumlah kendala mulai dari sekolah yang minim sarana, anak-anak yang tidak fokus karena sekolah sambil bekerja, dan saat hujan banyak anak yang izin karena akses jalanan yang sulit dilewati.
Dinobatkan Jadi Guru Berdedikasi Nasional Di tengah keterbatasannya itu, Rusia masih tetap berjuang dan tak patah arang mengajar anak-anak.
Dedikasinya yang tinggi membuat guru yang berasal dari Sulawesi Selatan ini dinobatkan sebagai Juara 2 Guru Berdedikasi Tingkat Nasional tahun 2018 oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek).
Penilaian dilihat profil, kegiatan sekolah, pembinaan, dan kegiatan kemasyarakatan yang dilakukan.
Ke depan, ia sangat berharap agar siswanya bisa belajar lebih baik lagi, menggali potensi yang dimiliki, dan berprestasi di bidangnya masing-masing.
Ia juga berharap agar seluruh anak-anak Indonesia itu berani tampil dan menampakkan diri, serta memperoleh prestasi untuk menjadikan Indonesia menjadi lebih baik lagi.
“Jangan pernah lelah untuk belajar, teruslah belajar, jangan tanggung-tanggung dalam bermimpi, sekali bermimpi, maka bermimpilah yang paling besar.
Karena selama masih bisa dibayangkan, masih bisa diimpikan, maka Insha Allah itu bisa jadi kenyataan,” pesan Rusia.
Tidak hanya memberikan pesan kepada anak-anak Indonesia, Rusia juga berharap agar guru di Indonesia terus ikhlas dalam mengajar.
“Mengajar itu mungkin kadang melelahkan, tetapi kita harus ingat, apa yang kita lakukan itu jika kita ikhlas itu akan bernilai ibadah dan akan menjadi tabungan untuk kehidupan selanjutnya,” tutur Rusia.